Pakaian Suku Batak
Pada kunjungan misionaris dari Baptist Missionary Society yaitu Nathan Ward, Evans Meers, dan Richard Burton di abad ke-19, mereka bertiga mencatat pakaian yang dipakai oleh warga pedalaman Batak dalam jurnalnya.
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa lelaki dari suku ini memakai dua jenis pakaian dengan garis-garis yang memiliki beragam warna berukuran dua setengah yard. Satu pakaian diikat di pinggang menggunakan ikat pinggang yang teruntai hingga di kaki dan satunya lagi dipakai dengan agak longgar melewati pundak sebagai sebuah syal.
Suku Batak Toba
Suku Batak Karo
Suku Batak PakPak
Suku Batak Simalungun
Suku Batak Mandailing
Ada perbedaan pakaian antara kepala suku dan orang biasa, dimana pakaian yang digunakan oleh kepala suku memiliki umbai dengan bordir yang tebal di ujungnya serta dijahit dengan rapi menggunakan jarum.
Kepala suku juga menggunakan anting berbahan dasar emas. Sedangkan warga biasa hanya memakai bumban yang terbuat dari ranting atau dedaunan semak yang mengelilingi bagian kepala di atas telinga dan bertelanjang dada.
Untuk orang-orang yang dituakan selain kepala suku, mereka menggunakan pakaian berwarna biru atau putih dengan ukuran 5 hasta yang diikat seperti kepala suku yang ujungnya menonjol hingga ke kedua telinga.
Perempuan di suku ini tidak memiliki atasan bila sudah menikah, dan hanya pakaian yang menutupi selangkangannya. Untuk perempuan yang belum menikah, mereka memiliki tambahan pakaian yang menutup dada mereka, tetapi kebiasaan ini berkebalikan dengan orang-orang yang berada di dekat Danau Toba karena wanita yang belum menikah tidak menggunakan penutup untuk dada mereka, sedangkan yang sudah menikah harus ditutup.
Anak perempuan kepala suku terkadang memiliki kawat kuningan yang berada di pergelangan tangannya dan beberapa kalung manik-manik di sekitar lehernya untuk menandakan bahwa dia belum menikah. Anak-anak dibiarkan telanjang hingga berumur 6- 8 tahun.
Tags
informasi